masukkan script iklan disini
Foto : Mardianto jurnalistv senior
Tahun 2004, Mardianto, seorang jurnalis SCTV yang dikenal sigap dan berdedikasi, tinggal di kota Purwokerto. Sebagai penjaga wilayah liputan Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, dan Kebumen, ia selalu siap siaga 24 jam untuk meliput kejadian besar.
Suatu malam, ketika Mardianto sedang bersantai di rumah, tiba-tiba telepon berdering. "Pasar Wonosobo kebakaran besar!" teriak salah satu temannya. Tanpa berpikir panjang, Mardianto langsung bersiap. Kamera, kaset, dan baterai yang biasanya dilepas saat tidak digunakan, mulai dipasang kembali. Namun, karena panik, ia hanya sempat menaruh kaset ke dalam tas, sementara baterai yang sedang diisi daya malah tertinggal di meja.
Dengan buru-buru, ia bergabung dengan rombongan jurnalis lain dan meluncur menuju Wonosobo. Dalam perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam, mereka sempat berhenti sejenak di Banjarnegara untuk beristirahat. Saat itulah Mardianto merasa ada yang ganjil. Ia mengecek tasnya.
“Waduh!” serunya, membuat semua teman melirik.
“Apa, Mas?” tanya salah satu temannya.
“Baterai kameraku ketinggalan!” jawabnya dengan wajah panik.
Rombongan pun langsung meledak tertawa.
“Lah, gimana mau ambil gambar? Mau motret api pake doa?” celetuk salah satu temannya.
Yang lain tak kalah kreatif, “Udah, beli kertas gambar sama krayon aja di toko. Lukis kebakarannya, nanti disiarin kayak animasi!”
Sepanjang sisa perjalanan menuju Wonosobo, Mardianto hanya bisa tersenyum kecut mendengar candaan teman-temannya. Sesampainya di lokasi kebakaran, ia harus meminjam kamera teman untuk menyelesaikan liputan. Tapi yang jelas, peristiwa itu menjadi cerita yang terus diingat dan ditertawakan di kalangan jurnalis hingga bertahun-tahun kemudian.
Dan sejak saat itu, Mardianto selalu memastikan baterai kameranya masuk tas sebelum ia berangkat!