masukkan script iklan disini
Foto : Dok Humas Pemda Banyumas
Banyumas saat ini menghadapi situasi darurat HIV/AIDS, terutama dengan meningkatnya kasus di kalangan generasi muda. Menurut Suwondo, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Banyumas, masih banyak tantangan dalam upaya penanggulangan HIV, termasuk stigma yang melekat pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan sulitnya mengendalikan tempat hiburan malam. Berdasarkan data, telah ditemukan 3.963 kasus HIV di Banyumas antara 2019 hingga 2024, dengan penambahan signifikan pada 2024, termasuk 58 kasus baru pada usia 15-24 tahun hingga Oktober.
Upaya yang telah dilakukan oleh KPA dan Dinas Kesehatan Banyumas (Dinkes) termasuk VCT mobile (tes sukarela HIV) di lokasi hiburan malam dan sosialisasi. Mereka juga menggelar pendekatan rohani melalui tokoh agama dan kegiatan edukasi HIV/AIDS di lingkungan sekolah. Rencana sosialisasi juga akan dilakukan pada acara Slankers Bersholawat pada 17 November, guna meningkatkan kesadaran masyarakat.
Dr. Widyana Grehastuti dari Dinkes menekankan pentingnya penggunaan obat ARV bagi ODHA untuk menekan penularan dan menyebut profilaksis pra-pajanan (PrEP) sebagai langkah pencegahan bagi populasi berisiko tinggi, yang kini lebih mudah diakses oleh remaja.
Penjabat Bupati Banyumas, Iwanuddin Iskandar, mengapresiasi KPA dan LSM yang berkontribusi dalam penanggulangan HIV/AIDS dan menyatakan rencana untuk berkolaborasi dengan perangkat desa serta puskesmas. Ia menekankan perlunya pemetaan kondisi dan pengumpulan data untuk merumuskan rekomendasi kebijakan yang tepat, karena Banyumas adalah kota wisata dan pendidikan di mana HIV/AIDS bisa menimpa siapa saja, bukan hanya pada kelompok tertentu.