masukkan script iklan disini
Hari Guru yang diperingati setiap 25 November adalah momen untuk menghormati peran penting guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, seiring berjalannya waktu, peran dan esensi guru mengalami pergeseran yang patut menjadi bahan refleksi.
Guru pada Masa Lalu: Pendidik Sejati
Di masa lalu, guru adalah individu yang telah mencapai puncak keahlian di bidang tertentu. Mereka adalah sosok yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki pengalaman mendalam yang terbukti melalui praktik nyata. Guru di masa itu adalah mentor yang mengabdikan diri untuk membagikan ilmu dengan harapan agar ilmunya dapat diwariskan dan dimanfaatkan oleh generasi berikutnya.
Tujuan utama guru saat itu adalah kebermanfaatan ilmu. Mereka memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia, yang harus disampaikan kepada murid dengan niat tulus tanpa pamrih materialistik. Guru dipandang sebagai panutan moral, intelektual, dan spiritual, sosok yang disegani bukan karena posisi, tetapi karena kualitasnya.
Guru Hari Ini: Pergeseran Tujuan
Di era modern, peran guru mengalami transformasi. Banyak guru saat ini berada dalam posisi di mana pengalaman dan pemahaman mendalam masih dalam tahap awal, tetapi mereka sudah berada di posisi untuk mengajar. Situasi ini mencerminkan tekanan sistem pendidikan yang menuntut kuantitas tenaga pengajar tanpa sepenuhnya memprioritaskan kualitas mereka.
Guru saat ini seringkali terjebak dalam mekanisme dunia kerja. Menjadi guru lebih sering dipandang sebagai profesi untuk mencari penghasilan, bukan lagi panggilan jiwa untuk mendidik. Pergeseran ini tidak sepenuhnya salah, karena tuntutan ekonomi dan perubahan sosial menempatkan guru dalam situasi yang kompleks. Namun, tujuan utama pendidikan sebagai alat mencerdaskan dan membangun manusia yang utuh kadang terabaikan.
Dunia Pendidikan: Antara Tradisi dan Bisnis
Meskipun ada kekhawatiran terhadap profesionalisme guru modern, masih ada oase dalam bentuk sanggar atau padepokan tradisional. Di tempat-tempat ini, terdapat guru sejati yang disebut "master," yang dengan penuh dedikasi membimbing murid-muridnya untuk memahami dan mewarisi ilmu yang berharga. Model pendidikan seperti ini mengingatkan kita pada tradisi luhur yang mengutamakan hubungan personal antara guru dan murid.
Sebaliknya, institusi pendidikan modern sering kali lebih berorientasi pada bisnis. Sekolah-sekolah dikelola dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial sebesar-besarnya, terkadang mengorbankan esensi pendidikan itu sendiri. Sistem ini menciptakan jarak antara guru dan murid, di mana hubungan mereka lebih bersifat formal dan kurang personal.
Renungan untuk Hari Guru
Hari Guru 2024 adalah momen untuk merenungkan kembali esensi pendidikan dan peran guru. Kita perlu bertanya: Apakah sistem pendidikan kita telah melahirkan guru-guru yang memiliki misi luhur seperti di masa lalu? Ataukah kita terlalu sibuk dengan tuntutan ekonomi sehingga melupakan esensi pendidikan?
Harapan untuk masa depan adalah terciptanya keseimbangan. Guru modern diharapkan tidak hanya menjalani profesinya sebagai pekerjaan, tetapi juga sebagai panggilan jiwa. Institusi pendidikan harus kembali menempatkan tujuan mulia pendidikan di atas segala kepentingan komersial. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa ilmu yang diajarkan tidak hanya bermanfaat bagi murid, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Hari Guru bukan sekadar peringatan, tetapi juga pengingat bahwa pendidikan adalah pondasi peradaban. Guru adalah pilar utama, yang dengan dedikasinya akan menentukan masa depan bangsa.