• Jelajahi

    Copyright © Citizen Journalism - Catatan Robbi Sofwan Amin
    Best Viral Premium Blogger Templates
    Premium By Cokro With Shroff Templates

    Menu Atas


     

    Mengais Rezeki dari Sampah: Kisah Pejuang Lingkungan di TPST Sumpiuh

    masukkan script iklan disini

    Foto : Kondisi bagian dalam TPST Sumpiuh


    Banyumas, 2 Mei 2025 – Di balik bau tak sedap dan debu beterbangan dari tumpukan sampah, tersimpan kisah perjuangan para pekerja Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. Setiap hari, puluhan orang dengan tekun memilah dan mengolah sampah demi keberlanjutan lingkungan sekaligus menopang ekonomi keluarga.


    Sejak pagi hari, armada pengangkut sampah silih berganti datang membawa berbagai jenis limbah – mulai dari sisa makanan, kaleng, kaca pecah hingga pakaian bekas. Namun, bagi para pekerja di TPST Sumpiuh, sampah bukanlah musibah, melainkan sumber penghidupan.

    Foto : Aktifitas di TPST Sumpiuh

    Minah, wanita paruh baya dan anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sumber Rejeki, telah lima tahun menjadi bagian dari TPST Sumpiuh. Setiap pukul 07.00 pagi, ia telah bersiap di hanggar utama: mengenakan celemek, sepatu boots, sarung tangan, dan masker, lalu mulai memilah sampah di mesin conveyor.


    “Mayoritas pekerja perempuan di sini bertugas di mesin conveyor, sementara laki-laki ada yang mengangkut sampah, mengoperasikan mesin pirolisis, atau mengurus bubur sampah dan maggot,” jelas Minah.


    TPST Sumpiuh saat ini melayani pengolahan sampah dari 1.279 rumah tangga yang tersebar di tiga kecamatan. Setiap hari, rata-rata 30 kubik atau sekitar 7,1 ton sampah masuk dan dikelola. Berkat kegiatan ini, TPST mampu menyerap 34 tenaga kerja, termasuk tujuh perempuan yang sebelumnya berstatus ibu rumah tangga dan tergolong masyarakat prasejahtera.


    Transformasi besar terjadi sejak TPST Sumpiuh mendapat dukungan dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Fuel Terminal Maos Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Tengah. Salah satunya adalah pemanfaatan maggot (larva lalat BSF) untuk menguraikan sampah organik menjadi pelet berprotein tinggi yang berguna sebagai pakan ternak.


    “Dulu sampah organik cuma jadi bubur dan menumpuk. Sekarang sudah bisa jadi maggot dan pelet. Bahkan, kami sudah mulai mengembangkan peternakan lele, ayam, dan bebek,” kata Minah dengan bangga.


    Selain itu, pekerja TPST Sumpiuh juga dibekali pelatihan dan studi tiru ke TPST Kedungrandu. Bagi Minah, pengalaman ini menjadi momen menyenangkan sekaligus memperluas pengetahuan mereka dalam pengelolaan sampah yang lebih modern dan produktif.


    Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan, menyatakan bahwa dukungan terhadap TPST Sumpiuh merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat.


    “Kami berharap TPST Sumpiuh dapat menjadi role model pengelolaan sampah terpadu yang memberikan kontribusi terhadap kebersihan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan warga,” ujar Taufiq.


    Ia menambahkan, program ini sejalan dengan penerapan prinsip ESG (Environment, Social, Governance) serta berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), khususnya pada poin 2 (Tanpa Kelaparan), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).


    Menutup ceritanya, Minah mengungkapkan harapannya agar TPST Sumpiuh terus berjalan dan berkembang.


    “Saya bersyukur Pertamina hadir mendampingi kami. Pelatihan-pelatihan itu bikin kami semangat, bisa belajar sambil rehat dari rutinitas. Semoga pelanggan terus bertambah, agar kami bisa terus bekerja dan bantu keluarga. Ternyata, pekerjaan kami bermanfaat untuk kebersihan lingkungan,” pungkasnya sambil tersenyum.

    Premium By Raushan Design With Shroff Templates
    Komentar

    Tampilkan