masukkan script iklan disini
Foto : Mardianto
Sebagai seorang jurnalis TV yang selalu bersemangat, Mardianto dikenal sebagai sosok yang penuh energi dan ide-ide kreatif. Namun, sering kali, semangatnya itu membawa cerita-cerita lucu yang tak terlupakan. Salah satu kisahnya yang paling legendaris terjadi di Pasar Wage, Purwokerto, menjelang bulan puasa.
Hari itu, seperti biasa, harga kebutuhan pokok sedang naik. Mardianto, bersama rekannya, segera turun ke lapangan untuk meliput situasi. Dengan kamera di tangan, mereka menyusuri lorong-lorong pasar yang ramai. Mardianto sudah punya tempat favorit: warung milik Bu Minah, pedagang yang sering jadi langganannya untuk wawancara soal harga bahan pokok. Tapi kali ini, Bu Minah sedang sibuk melayani pelanggan, jadi Mardianto memutuskan untuk mencari narasumber lain.
Setelah menunggu beberapa saat, pandangan Mardianto tertuju pada seorang pembeli yang tampak sedang memilih cabai merah dengan penuh konsentrasi. Dengan langkah percaya diri, Mardianto mendekati pria itu dan memberikan isyarat kepada rekannya untuk mulai merekam.
"Pak, bisa saya tanya sebentar? Bagaimana pendapat Bapak tentang kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang puasa ini?" tanya Mardianto, mikrofon di tangan, wajah serius.
Pria itu hanya memandang Mardianto sekilas, kemudian kembali sibuk memilih cabai. Mardianto, yang tidak menyerah dengan mudah, mencoba lagi. "Pak, apakah kenaikan harga ini memberatkan? Apa yang Bapak lakukan untuk mengatasinya?"
Pria itu masih diam. Mardianto mulai berpikir, mungkin suaranya kurang jelas karena suasana pasar yang ramai. Dia pun mendekatkan mikrofon lebih dekat. "Pak, bisa dijelaskan bagaimana strategi Bapak menghadapi situasi ini?"
Tetap tidak ada jawaban. Rekan Mardianto yang sedang merekam sudah mulai cemas, sementara pedagang di sekitar mulai memperhatikan. Tiba-tiba, salah satu pedagang berteriak, "Mas, itu orang bisu, nggak bisa ngomong!"
Hening sejenak. Kemudian, tawa meledak di seluruh pasar. Rekan Mardianto sampai harus menurunkan kamera karena tidak kuat menahan tawa, sementara Mardianto hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Sejak kejadian itu, cerita wawancara orang bisu di Pasar Wage menjadi legenda di kalangan jurnalis. Setiap kali ada kumpul-kumpul, teman-teman Mardianto tak pernah melewatkan kesempatan untuk menggodanya. "Eh, Bos Mar, jangan lupa cek dulu ya, narasumbernya bisa ngomong apa enggak!"
Mardianto sendiri akhirnya bisa tertawa setiap kali kisah itu diceritakan. Baginya, meskipun memalukan, kejadian itu menjadi pelajaran berharga: semangat boleh tinggi, tapi jangan lupa untuk teliti!